Daftar Buku

Tuesday, 14 April 2009

Ada pembunuh lari dari penjara menggunakan tape uli...

Buat bahan renungan kita semua,ada cerita bagus utk kita jadikan renungan.. dan mungkin ini adalah sebuah cerita lama bagi anda,anda tidak perlu dibahas sebagai true story atau cuma fiksi..
tapi apa makna yang terkandung di dalam cerita ini pasti lebih penting..



Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal
di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol
langsung dgn seseorang yg didakwa kasus pembunuhan berencana. Dengan
jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran
orang yg akan saya temui. Sudah terbayang muka keji hanibal lecter, juga
penjahat-penjahat berjenggot palsu ala sinetron dan gambaran-gambaran
pembunuh berdarah dingin lain yg sering saya temui di cerita TV.

Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah
satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya. Yup, benar seorang anak
berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dgn
wajah yg diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dgn gerak-gerik yg
sopan.

Saya pun membaca berkas kasusnya yg diserahkan oleh sipir itu. Sebelum
masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara
menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat
kanak-kanak. Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik
sekolah di dlm penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar
tingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?

Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum
genap berusia tujuh tahun. Ayahnya yg berdagang di sebuah pasar di
daerah bekasi, dihabisi kepala preman yg menguasai daerah itu. Latar
belakangnya karena si ayah enggan membayar uang "keamanan" yg begitu
tinggi. Berita ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya
setelah ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tsb.
Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yg membunuh ayahnya.

"Siapa yg bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yg ada di tempat itu.
"Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yg membunuh ayahnya sambil
disambut gelak tawa di belakangnya.

Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke
perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu
jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumah
setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke
kantor polisi.

"Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yg
ikut menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak di
penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari
selnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib. Pelarian pertama
dilakukannya dgn cara yg tak terpikirkan siapapun. Setiap pagi
sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan. Sadar akan
hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dlm salah satu kantung sampah.
Hasilnya 1-0 utk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara. Pelarian kedua
lebih kreatif lagi. Anak yg doyan baca ini pernah membaca artikel
tentang fermentasi makanan tape (ingat loh waktu wawancara usianya baru
8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung hawa
panas yg bersifat destruktif terhadap benda keras. Kebetulan pula di
Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dlm seminggu. Setiap
disediakan tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu
dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat
bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah
lubang berhasil dibuatnya. 2-0 utk arif. Ia keluar penjara kedua
kalinya. Pelarian ketiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yg
ditugasi membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi.
Besi yg berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpannya di dlm
kamarnya. Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih
tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan utk kabur. Ruang
kepala Lapas menjadi pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah
satu pun penjaga berani memeriksa ruangan ini. Ketika tengah malam ia
menyelinap keluar dgn menggunakan besi pegangan ember utk membuka pintu
dan gembok. Jangan tanya saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia
sudah diluar. 3-0 utk Arif. Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi?
Rupanya kepintaran itu masih berada di sebuah kepala bocah.
Pelarian-pelariannya didorong dari rasa kangennya terhadap ibunya. Anak
ini keluar dari penjara hanya utk ke rumah sang ibunda tercinta. Jadi
dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobil omprengan dan juga
berjalan kaki sekian kilometer dgn satu tujuan, pulang! Karena itu pula
pada pelarian Arif yg ketiga, kepala Lapas yg juga seorang ibu ini
meminta anak buahnya utk tidak segera menjemput Arif. Hasilnya dua hari
kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa surat utk kepala
Lapas yg ditulisnya sendiri.

"Ibu kepala Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif". Tulisnya
singkat.

Seorang anak cerdas yg harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak
lantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus
dibebaskan. Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang.
Tapi saya hanya berandai-andai jika saja, polisi bertindak cepat
menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya
saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti
ini. Dan kreativitasnya yg tinggi itu bisa berguna utk hal yg lain.
Sayangnya si Arif itu cuma anak pedagang sayur miskin sementara si
preman yg dibunuhnya selalu setia menyetor kepada pihak berwajib
setempat. Itulah yg namanya keadilan!

Posted by Reza on Apr 23, '07 10:10 PM for everyone

Feeds





Who links to my website?